Senin, 16 November 2015

MMSPH 3: Pandangan Pertama Zalaiva

re-blog from: 
https://cumakatakata.wordpress.com/2012/04/02/simpananku-mmsph-mimpi-mimpi-si-patah-hati-by-sendutu-meitulan-bagian-ke-3/

satu cerita dalam sebuah novel Mimpi-Mimpi Si Patah Hati karya Sendutu Meitulan

favorited! recommended! gak pernah nyesel untuk baca cerita karya Tere Liye.
have fun for reading! ^^


Mimpi-mimpi si patah hati
MMSPH 3: Pandangan Pertama Zalaivaoleh Darwis Tere Liye pada 3 September 2011 pukul 6:49
Pandangan Pertama Zalaiva
Zalaiva dengan pakaian kanak-kanaknya berjinjit pelan membawa dua butir telur ayam di genggaman tangan kanannya, sementara tangan kirinya meraba-raba selusur papan kandang. Rok bersulam kupu-kupunya terkena bercak lumpur di mana-mana, sementara pipi montok menggemaskan itu sekarang seperti muka prajurit indian, tercoreng dua saput kotoran. Entah oleh apa, bisa jadi oleh tahi ayam. Tampangnya serius sekali membawa telur-telur itu, sementara kakeknya berdiri mengamati tersenyum sambil memungut telur di rak yang lebih tinggi.
Sayang sekali sebelum ia tiba di ember besar yang diletakkan di sebelah kaki kakeknya, seekor ayam jantan entah dari mana asalnya, terbang masuk kandang. Berkotek menyergap tubuh mungil Zalaiva. Gadis kecil itu berseru kaget. Telur-telur di genggaman tangannya terlepas, terlontar entah kemana. Zalaiva untuk sepersekian detik bisa mendengar telur itu satu per satu jatuh menghantam lantai semen, seperti kalian bisa melihat tetesan air jatuh dari langit secara patah-patah. Dan telur-telur ringkih itu pecah tak karuan. Sambil menahan sakit di lututnya gadis kecil itu mencoba berdiri, matanya yang tak berbintik hitam berkaca-kaca, ia merabaraba tertatih melangkah mendekati kaki kakeknya takut-takut, sebentar lagi gadis itu pasti menangis.
Tetapi kakeknya tidak marah. Justeru duduk jongkok menyambut tubuh mungil itu. Tersenyum, menghapus buliran air mata di pipi Zalaiva, menatapnya amat bijak, kemudian memegang bahunya dengan lembut.
“Jangan dipikirkan. Hanya telur, sayang!”
Tetapi Zalaiva tetap terisak. Kakeknya sambil menghela nafas dalam-dalam, pelahan duduk selonjor di lantai lorong kandang ayam. Ia menepuknepuk bulu ayam di pakaian bidadari kecilnya, lantas mendudukkan Zalaiva di pangkuannya. Topi jerami itu ia sangkutkan sembarang tempat.
Di peternakan ini, Zalaiva hanya tinggal dengan kakekknya seorang. Tidak ada siapa-siapa lagi. Dulu pernah ramai sekali, tetapi satu persatu penghuninya pergi dengan kenangan getir dan tak pantas diingat lagi, apalagi oleh Zalaiva yang sedang tumbuh dengan segala kepolosan hidup. Rumah besar itu sekarang berdiri suram seolah-olah penuh kutukan. Tetapi Zalaiva tidak tahu dan tidak peduli. Ia punya kakek yang selalu pandai bercerita.
“Tahukah, sayang. Jika kau melemparkan sebutir telur dari atas awan, saat jatuh menimpa tanah sedikit pun telur itu takkan retak sepanjang kau punya sesuatu!” Kakeknya berbisik di telinga Zalaiva. Beginilah yang selalu ia lakukan jika Zalaiva tiba-tiba menangis sedih. Ia selalu membisikkan kisah-kisah indah, karena suatu saat ia yakin Zalaiva berhak atas manisnya kehidupan ini. Dan gadis mungil itu seperti biasa, mendongakkan kepalanya penuh rasa ingin tahu, mengerjap-ngerjapkan mata bulatnya, lantas menggeleng. Saat-saat seperti ini selalu menyenangkan baginya.
“Dan tahukah kau apakah sesuatu itu?”
Zalaiva menggeleng lagi.
“Sesuatu itu adalah cinta!”
Kakek menyebut pelahan dan penuh perasaan kata itu. Seperti menggantungnya menjadi bintang di langitlangit kandang. Zalaiva justeru berpikir tentang hal lain.
“Kalau begitu cinta itu seperti kasur, ya Kek? Yang saat Zalaiva loncat-loncat di atasnya tidak terasa sakit?”
“Bukan. Cinta itu tidak seperti kasur, sayang”
“Jadi bagaimana ia membuat telur itu tidak pecah?”
“Karena cinta itu akan memberikan sepasang sayap yang indah kepada telur itu, sayang.” Kakeknyatersenyum sambil menciumi ubun-ubun gadis mungil itu.
“Jadi cinta itu seperti burung!”
“Ya. Seperti burung, ia akan membawamu terbang kemana saja. Membuatmu bisa memandang seluruh isi dunia dengan suka cita, bahkan terkadang kau merasa seluruh dunia ini hanya milikmu seorang.”
“Ya, cinta sejati seperti hantu. Semua orang membicarakannya, tetapi sedikit sekali yang benarbenar pernah melihatnya.”
Zalaiva mengernyitkan dahinya. Mengkerut takut dalam pelukan kakeknya, “Kalau begitu, Zalaiva tidak ingin cinta lagi!”
Kakeknya tersenyum merasa bersalah. Malam ini ia terlalu lelah, dari tadi ingin rasanya segera tidur, tetapi gadis kecilnya yang sedang ketakutan sepertinya tak akan beranjak menutup matanya. Mungkin dengan begini gadis kecilnya bisa segera terlelap.
“Ya. Cinta sejati memang seperti air sungai, sejuk menyenangkan dan terus mengalir. Mengalir terus ke hilir tidak pernah berhenti, semakin lama semakin besar, karena semakin lama semakin banyak anak sungai yang bertemu. Begitu juga cinta, semakin lama mengalir semakin besar batang perasaannya”
“Kalau begitu ujung sungai ini pasti ujung cinta itu?”
“Cinta sejati adalah perjalanan, sayang. Cinta sejati tak pernah memiliki tujuan”
“Kakek, apakah cinta itu memberi, seperti yang selalu Kakek lakukan saat memberi makan ayamayam?”
“Tidak. Karena kau selalu bisa memberi tanpa sedikit pun memiliki perasaan cinta, tetapi kau takkan pernah bisa mencintai tanpa selalu memberi.”
“Kakek, dari kota manakah cinta datang?”
“Tidak ada yang tahu, sayang. Cinta sejati datang begitu saja, tanpa satu alasan pun yang jelas!”
“Kalau begitu bagaimana Zalaiva tahu itu cinta?”
“Kau akan tahu ketika ia datang. Tahu begitu saja. Dulu orang-orang menyebutnya cinta pada pandangan pertama. Cinta sejati selalu datang pada pandangan pertama. Cinta sejati selalu datang pada saat yang tepat, waktu yang tepat, dan tempat yang tepat. Ia tidak pernah tersesat. Cinta sejati selalu datang pada orang-orang yang berharap berjumpa padanya dan tak pernah berputus asa.
kalinya, waktu akan berhenti. Seluruh semesta alam takzim menyampaikan salam. Ada cahaya keindahan yang menyemburat menggetarkan jantung. Hanya orang-orang beruntung yang bisa melihat cahaya itu, apalagi berkesempatan bisa merasakannya.”
ini sudah terwujud: Zalaiva mengecap manisnya hidup, yang tak pernah dikecap oleh kedua orang tuanya, tak pernah dikecap oleh anggota keluarga lainnya, dan juga oleh kakeknya sendiri.
“Tahukah kau, jika kau melemparkan sebuah gelas dari atas awan, saat jatuh menimpa tanah sedikit pun gelas itu takkan retak sepanjang kau punya sesuatu!”
Zalaiva di tengah keterpanaannya menggangguk begitu lemah. Ia bisa merasakan hembusan nafas pemuda itu di wajahnya yang semakin merah.
“Tahukah kau apakah sesuatu itu”
Zalaiva tidak tahu apakah ia mengangguk atau tidak saat itu. Yang ia tahu secara pasti tiba-tiba jantungnya seperti terseret ke dalam putaran perasaan yang sungguh tidak ia mengerti. Ketika pemuda itu dengan khidmat mencium ujung-ujung jarinya. Ia merasa seluruh semesta alam, tiba-tiba ikut takzim memberikan salam. Waktu berhenti. Semburat cahaya yang menggetarkan muncul menyeruak dari tubuhnya.
Zalaiva tiba-tiba merasa berdiri di atas padang rumput maha luas, semua orang tersaput hilang, semua benda tersingkir jauh-jauh kecuali sebatang pohon mahoni dengan kicau burung-burung dan sebuah rumah mungil beratap rumbia berdinding papan berwarna putih. Ia dan pemuda itu berdiri saling menatap dan saling berpegangan tangan, dari jauh terdengar suara gemerincing air sungai.
“Ah, biar. Biar kubersihkan sendiri.”
“Tidak nona. Biarkan aku menghinakan diri dengan membersihkan gaun indahmu.”
Zalaiva terkesima lagi. Jantungnya berdetak tak karuan saat merasakan tangan pemuda itu menyentuh gaun pestanya. Tubuhnya gemetar. “Aku akan memulai perjalanan panjang itu,” desah Zalaiva dalam diam.
Aku harus menyalahkan siapa, jika perjalanan mendebarkan itu ternyata tidak terlalu panjang. Panjang aliran sungai itu ternyata hanya sepelemparan batu. Kemudian kandas dihadang dam raksasa. Benar-benar sepelemparan batu, karena malam itu juga semuanya berakhir.
untuk bergerak sedikit pun terasa menyakitkan sekali.
Mimpi-mimpi si patah hati***
Zalaiva dengan pakaian kanak-kanaknya berjinjit pelan membawa dua butir telur ayam di genggaman tangan kanannya, sementara tangan kirinya meraba-raba selusur papan kandang. Rok bersulam kupu-kupunya terkena bercak lumpur di mana-mana, sementara pipi montok menggemaskan itu sekarang seperti muka prajurit indian, tercoreng dua saput kotoran. Entah oleh apa, bisa jadi oleh tahi ayam. Tampangnya serius sekali membawa telur-telur itu, sementara kakeknya berdiri mengamati tersenyum sambil memungut telur di rak yang lebih tinggi.
Sayang sekali sebelum ia tiba di ember besar yang diletakkan di sebelah kaki kakeknya, seekor ayam jantan entah dari mana asalnya, terbang masuk kandang. Berkotek menyergap tubuh mungil Zalaiva. Gadis kecil itu berseru kaget. Telur-telur di genggaman tangannya terlepas, terlontar entah kemana. Zalaiva untuk sepersekian detik bisa mendengar telur itu satu per satu jatuh menghantam lantai semen, seperti kalian bisa melihat tetesan air jatuh dari langit secara patah-patah. Dan telur-telur ringkih itu pecah tak karuan. Sambil menahan sakit di lututnya gadis kecil itu mencoba berdiri, matanya yang tak berbintik hitam berkaca-kaca, ia merabaraba tertatih melangkah mendekati kaki kakeknya takut-takut, sebentar lagi gadis itu pasti menangis.
Tetapi kakeknya tidak marah. Justeru duduk jongkok menyambut tubuh mungil itu. Tersenyum, menghapus buliran air mata di pipi Zalaiva, menatapnya amat bijak, kemudian memegang bahunya dengan lembut.
“Jangan dipikirkan. Hanya telur, sayang!”
Tetapi Zalaiva tetap terisak. Kakeknya sambil menghela nafas dalam-dalam, pelahan duduk selonjor di lantai lorong kandang ayam. Ia menepuknepuk bulu ayam di pakaian bidadari kecilnya, lantas mendudukkan Zalaiva di pangkuannya. Topi jerami itu ia sangkutkan sembarang tempat.
Di peternakan ini, Zalaiva hanya tinggal dengan kakekknya seorang. Tidak ada siapa-siapa lagi. Dulu pernah ramai sekali, tetapi satu persatu penghuninya pergi dengan kenangan getir dan tak pantas diingat lagi, apalagi oleh Zalaiva yang sedang tumbuh dengan segala kepolosan hidup. Rumah besar itu sekarang berdiri suram seolah-olah penuh kutukan. Tetapi Zalaiva tidak tahu dan tidak peduli. Ia punya kakek yang selalu pandai bercerita.
“Tahukah, sayang. Jika kau melemparkan sebutir telur dari atas awan, saat jatuh menimpa tanah sedikit pun telur itu takkan retak sepanjang kau punya sesuatu!” Kakeknya berbisik di telinga Zalaiva. Beginilah yang selalu ia lakukan jika Zalaiva tiba-tiba menangis sedih. Ia selalu membisikkan kisah-kisah indah, karena suatu saat ia yakin Zalaiva berhak atas manisnya kehidupan ini. Dan gadis mungil itu seperti biasa, mendongakkan kepalanya penuh rasa ingin tahu, mengerjap-ngerjapkan mata bulatnya, lantas menggeleng. Saat-saat seperti ini selalu menyenangkan baginya.
Gadis mungil itu ikut-ikutan mendongakkan kepala menatap kosong langit-langit kandang. Membayangkan mendengar kepak-kepak sayap burung yang sama sekali berlum pernah dilihatnya. Sepertinya itu amat menyenangkan.
“Kakek, Zalaiva ingin cinta!”
***
Kemudian, hari-hari berikutnya Zalaiva jadi sering sekali bertanya tentang cinta. Suatu pagi saat ia berlatih bernyanyi do-re-mi sambil belajar berdansa, patahpatah memegang tangan renta kakeknya, Zalaiva menyela, “Kakek, apakah cinta itu menyenangkan seperti musik?”
“Ya. Ia seperti musik, tetapi cinta sejati akan membuatmu selalu tetap menari meskipun musiknya telah lama berhenti.”
“Kalau begitu, Zalaiva ingin cinta!”
Kakeknya tersenyum meringis sambil memijatmijat pinggangnya. Gadis mungilnya tidak tahu, berputar-putar menari seperti ini membuat encoknya kumat lagi.
Ketika Zalaiva duduk menggigil malam-malam ketakutan, badai mengamuk di luar sana. Angin menderak-derakkan jendela, kilat dan guntur susul menyusul memekakkan. Zalaiva yang baru terbangun dari mimpi buruk hantu-hantu, mendongak ke arah kakek yang sedang memeluknya, “Kakek, apakah cinta itu menakutkan seperti hantu?”
Ketika paginya mereka berdua berendam dalam sejuknya air sungai di belakang peternakan. Zalaiva yang senang sekali memukul-mukul air ke arah kakeknya, di antara percikan air yang bening, tiba-tiba menyela, “Kakek apakah cinta sesejuk air sungai ini?”
“Kelak saat kau dewasa, kau akan melihat banyak sekali orang-orang yang begitu saja jatuh cinta. Bagi mereka cinta seperti memungut bebatuan di pinggir kali. Banyak betebaran. Bosan bisa dilemparkan jauh-jauh. Kurang, tinggal masukkan batu yang lain ke dalam kantong lainnya. Apakah perangai seperti itu disebut cinta? Tentu saja bagi mereka juga cinta. Tetapi ingatlah selalu Zalaiva-ku, cinta sejati tak sesederhana bebatuan.
“Suatu saat jika kau beruntung menemukan cinta sejatimu. Ketika kalian saling bertatap untuk pertama“Apakah kakek pernah bertemu dengan cinta?”
Kakeknya tertawa pelan sambil mengelus rambut panjang hitam legam gadis kecilnya. Zalaiva tersenyum, ia sudah terbiasa dengan jawaban tawa pelan seperti itu.
“Apakah cinta memerlukan mata untuk memandang?”
“Tentu tidak, sayang!”
Kakek itu mencium khidmat ujung-ujung jari mungil Zalaiva. Zalaiva tersenyum, ia juga sudah terbiasa dengan jawaban cium ujung-ujung jari seperti itu.
***
Gadis berambut panjang hitam legam itu berdansa anggun sekali di tengah-tengah aula. Gaun merah yang membungkus ketat tubuh indahnya membuat ia terlihat mencolok di antara puluhan pasangan lainnya. Kakikakinya bergerak dengan irama teratur, posisi badannya sempurna sudah. Dan ketika musik terhenti, para hadirin beramai-ramai tak kuasa menahan diri untuk tidak bertepuk tangan.
Dengan anggun gadis itu membungkuk membalas, lantas dibimbing pelahan oleh sang tuan rumah menuju kursi di sudut ruangan. Pesta akan dipotong sebentar dengan sambutan dan jamuan. Tidak. Tidak ada bercak lumpur di bagian bawah gaun pestanya, apalagi dua carik coreng tahi ayam di pipi montoknya. Zalaiva sungguh sudah berubah mempesona. Gadis berbilang dua puluh tahun. Matang dan dewasa.
Ia tumbuh menjadi pedansa terkenal. Dari satu kastil ke kastil lain. Dari satu pesta ke pesta lain. Berpendidikan dan terhormat berkat bimbingan kakeknya. Pengharapan kakeknya sedikit banyak sejauhSeorang pelayan berseragam datang mendekati Zalaiva, membungkuk menawarkan segelas anggur. Zalaiva tersenyum mengulurkan tangan menerimanya dengan sopan. Tetapi sayang sekali, belum sampai bibirnya menyentuh gelas kristal itu, seorang pemuda yang entah datangnya dari mana, terburu-buru lewat di hadapannya, menyenggol tidak sengaja tangan mungil Zalaiva. Gadis itu berseru kaget. Gelas anggur di genggaman tangannya terlepas. Pecah berantakan membasahi karpet, juga gaun merahnya.
Pemuda terburu-buru itu jangankan meminta maaf, malah buru-buru pergi menghindar dari tatapan ingin tahu banyak orang. Tinggallah Zalaiva tertegun, memerah mukanya tak tahu berbuat apa. Tangannya menjulur ke bawah hendak meraba-raba memungut beling gelas, ketika tiba-tiba tangan seorang pemuda lain lebih dahulu menyentuh ujung jarinya dengan lembut.
“Jangan dipikirkan, hanya sebuah gelas!”
Suara itu datang bagai angin sorga. Menyergap rasa malu dan kecemasan Zalaiva, lantas melemparkannya jauh-jauh ke masa-masa menyenangkan dulu. Zalaiva mendongak mencari tahu muasal suara.
Lama sekali Zalaiva mempercayai kata-kata kakeknya dulu. Setiap pagi, saat ia menyiram kembang setaman di bawah jendela kamarnya, Zalaiva menatap langit biru dan berbisik pelan pada semilir angin: ia rindu berjumpa cinta sejatinya dan tak akan pernah berputus asa. Dan hari ini, setelah sekian lama, kesabaran itu akhirnya berbuah. Tuhan mengirimkannya. Ia datang begitu saja, tanpa satu alasan pun yang jelas.
“Apakah kau sakit? Mukamu pucat sekali?”
Pemuda itu membantu Zalaiva duduk kembali di atas sofa. Melambaikan tangan memanggil pelayan agar membersihkan beling tajam di atas karpet. Menarik sapu tangan putih dari lipatan jasnya. Berusaha membantu membersihkan gaun merah Zalaiva.
***
Nasib!
Malam itu, setelah keributan kecil itu berhasil diselesaikan dengan baik. Pemuda itu menawarkan diri menemani Zalaiva berdansa bersama untuk putaran kedua. Andaikata bisa kulukiskan dansa mereka berdua, maka lukisan itu cukup untuk membuatmu tenggelam dalam keagungan perasaan cinta hanya dengan menatap cahaya muka Zalaiva.
Saat Zalaiva malu-malu berpamitan pulang, pemuda itu membantunya menaiki kereta kuda. Saat kereta kuda itu membelah dinginnya malam musim salju, sais kereta, satu-satunya bekas pembantu kakeknya yang masih tersisa menjawab pertanyaan-pertanyaannya tentang pemuda itu. Jawaban dengan suara tertahan, layaknya seseorang yang sedang kedinginan mengendalikan laju kereta.
Tetapi bagi Zalaiva, suara tertahan itu seperti berubah menjadi sembilu yang tanpa ampun mengirisiris jantungnya. Ia tidak peduli dengan seberapa tampan dan seberapa kuasanya pemuda itu, fakta singkat yang tiba-tiba membuatnya menggigil adalah saat sais kereta mengatakan: pemuda itu minggu depan akan menikah.
Tak penting dengan siapa. Tak penting siapa wanita itu. Tak penting semua itu. Zalaiva merasa amat merana. Bohong. Kakeknya berbohong. Cinta tidak seperti air sungai, sejuk dan menyenangkan. Baginya sekarang cinta lebih seperti moncong meriam. Sesaat lalu melontarkannya tingi-tinggi sekali hingga ke atas awan, tetapi sekejap kemudian menghujamkannya dalamdalam ke perut bumi.
Terhempaskan.
Tidak. Cinta tidak memberikannya sepasang sayap indah. Ia bukan hanya tidak bisa terbang sekarang,
Zalaiva menangis dalam diam.
Cinta tidak membuat ia merasa memiliki dunia ini, ia justeru merasa kehadirannya di dunia sia-sia belaka. Cinta memang lebih mirip hantu, semua orang membicarakannya, tetapi sedikit sekali yang benarbenar pernah melihatnya. Dan ketika kau berhasil melihatnya kau lari sungguh ketakutan.
Kakeknya jelas lupa mengajarkannya soal akhir sebuah percintaan. Cinta sejati tidak selalu seperti musik yang membuatmu tetap menari meskipun sudah lama berhenti. Ia sekarang justeru mengharapkan musik itu tidak sedetik pun pernah dimainkan.
Zalaiva merintih dalam sunyi.
Kakeknya hanya benar satu hal. Hanya satu hal. Kalian sama sekali tidak memerlukan mata untuk memandang cinta sejatimu. Tidak memerlukan kelopak mata untuk mengenalinya. Ia selalu datang, tak pernah tersesat.
Zalaiva sekali lagi dalam diam menyeka kedua matanya. Mata yang sama sekali tak terdapat bintik hitam di bolanya.
Zalaiva buta.
****

Senin, 26 Oktober 2015

Makalah Kode Etik Profesi Akuntansi

MAKALAH
 “KODE ETIK PROFESI AKUNTANSI”
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
ETIKA BISNIS & PROFESI


 



Disusun Oleh :

KELOMPOK 5

                                  
                                                         Abdul Azis
                                                         Amalia Feby Cahyati
                                                         Diah Ayu Mayzura                         
                                                         Eka Dewi Anggraini
                                                         Muhammad Azwar
                                                         Siti Fatimah Damayanti
                                                         Yoga Bella Ratu                               





FAKULTAS EKONOMI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI YAI
JL. KRAMAT RAYA NO. 98, JAKARTA PUSAT.
TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015








BAB I
Pendahuluan
1.    Latar Belakang
Sebuah profesi memiliki komitmen moral yang tinggi, yang biasanya dituangkan dalam bentuk aturan yang khusus yang menjadi pegangan bagi setiap orang yang mengemban profesi yang bersangkutan. Aturan ini sebagai aturan main dalam menjalankan profesi tersebut yang biasa disebut sebagai kode etik yang harus dipenuhi
dan ditaati oleh setiap profesi.
Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki kode etik yang merupakan prinsip-prinsip moral dan mengatur tentang perilaku profesional
Profesi akuntansi merupakan sebuah profesi yang menyediakan jasa atestasi maupun non atestasi kepada masyarakat dengan dibatasi kode etik yang ada. Akuntansi sebagai profesi memiliki kewajiban untuk mengabaikan kepentingan pribadi dan mengikuti etika profesi yang telah ditetapkan. Kewajiban akuntan sebagai profesional mempunyai 3 kewajiban yaitu, kompetensi, objektif, dan mengutamakan integritas. Dalam arti sempit, profesi akuntan adalah lingkup pekerjaan yang dilakukan oleh akuntan sebagai akuntan publik yang lazimnya terdiri dari pekerjaan audit, akuntansi, pajak dan konsultan manajemen. Peran akuntan dalam perusahaan tidak bisa terlepas dari penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) dalam perusahaan meliputi prinsip kewajaran (fairness), akuntabilitas (accountability), transparansi (transparency), dan responsibilitas (responsibility). Peran akuntan meliputi akuntan publik, akuntan internal, akuntan pemerintah, dan akuntan pendidik.
Pentingnya kode etik dalam suatu profesi adalah Suatu cara untuk memperbaiki iklim organisasional sehingga seseorang dapat berperilaku secara etis. Sistem legal dan pasar tidak cukup mampu mengarahkan perilaku organisasi untuk mempertimbangkan dampak moral dalam setiap keputusan bisnisnya. Untuk menentukan status bisnis sebagai upaya menginstitusionalisasikan moral dan nilai-nilai pendiri perusahaan



2.        Identifikasi Masalah
a.     Kode etik perilaku professional
b.    Prinsip-prinsip etika IFAC, AICPA
c.     Aturan dan interprestasi etika menurut IAI

3.        Rumusan Masalah
a.       Apa pengertian mengenai kode etik perilaku professional ?
b.      Apa saja prinsip etika menurut IFAC dan AICPA ?
c.     Apa saja aturan dan pengertian dari interprestasi etika menurut IAI ?



BAB II
Pembahasan
1.    Pengertian Etika Profesi Akuntansi
Etika merupakan suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Etika dapat dibagi menjadi beberapa pengertian Dan etika profesi terdapat suatu kesadaran yang kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukan.
Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun bila ada kode etik yang memiliki sanksi yang agak berat, maka masuk dalam kategori norma hukum.
Kode etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman berperilaku. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional.
Kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu kelompok masyarakat tertentu. Sedangkan kode etik profesi akuntansi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari dalam profesi akuntansi. Kode etik akuntansi dapat menjadi penyeimbang segi-segi negatif dari profesi akuntansi, sehingga kode etik bagai kompas yang menunjukkan arah moral bagi suatu profesi dan sekaligus menjamin mutu moral profesi akuntansi dimata masyarakat.
Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan pengakuan profesi akan tanggung jawabnya kepada publik, pemakai jasa akuntan, dan rekan. Prinsip ini memandu anggota dalam memenuhi tanggung-jawab profesionalnya dan merupakan landasan dasar perilaku etika dan perilaku profesionalnya.
Menurut, Warren (2005:10) menjelaskan bahwa: “secara umum, akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan”.

Dua sasaran pokok dari kode etik yaitu:
1. kode etik bermaksud melindungi masyarakat dari kemungkinan dirugikan oleh kelalaian baik secara disengaja ataupun tidak disengaja dari kaum profesional,
2. kode etik bertujuan melindungi keseluruhan profesi tersebut dari perilaku buruk orang-orang yang mengaku diri profesional.
Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan public.
Terdapat empat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu : 
1.      Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi.
2.      Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh pemakai jasa Akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi.
3.      Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan diberikan dengan standar kinerja tertinggi.
4.      Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.



2.    Prinsip – Prinsip Etika IFAC, AICPA, dan IAI
1. Prinsip-prinsip etika menurut IFAC sebagai berikut :
a.    Integritas
seorang akuntan professional harus tegas dan jujur dalam semua keterlibatannya dalam hubungan profesional dan bisnis
b.   Objektivitas
seorang akuntan professional seharusnya tidak membiarkan bias, konflik kepentingan, atau pengaruh yang berlebihan dari orang lain untuk mengesampingkan penilaian professional atau bisnis
c.    Kompetensi professional dan Kesungguhan
     seorang akuntan professional mempunyai tugas yang berkesinambungan untuk senantiasa menjaga penghetahuan dan skil professional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien  atau atasan menerima jasa professional yang kompeten berdasarkan perkembangan terkini dalam praktik, legislasi dan teknis. Seorang akuntan professional harus bertindak tekun dan sesuai dengan standar teknis dan professional yang berlaku dalam memberikan layanan professional
d.   Kerahasiaan
seorang akuntan professional harus menghormati kerahasian informasi yang diperoleh sebagai hasil dari hubungan bisnis professional dan bisnis tidak boleh mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga, tanpa otoritas yang tepat dan spesifik kecuali ada hak hukum atau professional atau kewajiban untuk mengungkapkan. Informasi rahasi yang diperoleh sebagai hasil dari hubungan bisnis professional seharusnya tidak boleh digunakan untuk kepentingan pribadi para akuntan professional atau pihak ketiga.
e.   Perilaku Profesional
seorang akuntan professional harus patuh pada hukum dan peraturan-peraturan terkait dan seharusnya menghindari tindakan yang bisa mendeskreditkan profesi.

2. Prinsip – prinsip etika menurut AICPA sebagai berikut :
a.    Tanggung Jawab
dalam melaksanakan tanggung jawab mereka sebagai professional, anggota harus menerapkan penilaian professional dan moral yang sensitive dalam segala kegiatannya.
b.     Kepentingan Umum
anggota harus menerima kewajiban mereka untuk bertindak dengan cara yang dapat melayani kepentingan publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen terhadap profesionalisme.
c.    Integritas
untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan masyarakat, anggota harus melakukan semua tanggung jawab professional dengan integritas tertinggi
d.    Objectivitas dan Independensi
Seorang anggota harus mempertahankan  objectivitas dan bebas dari konflik kepentingan dalam melaksanakan tanggung jawab professional. Seorang anggota dalam praktik publik harus independen dalam penyajian fakta dan tampilan ketika memberikan layanan audit dan jasaatestasi lainnya.
e.    Due Care
seoarng anggota harus mematuhi standar teknis dan etis profesi, berusaha terus menerus untuk menigkatkan kompetensi dan layanan dalam melaksanakan tanggung jawab professional dengan kemampuan terbaik yang dimiliki anggota.
f.     Sifat dan Cakupan Layanan
seorang anggota dalam praktik publik harus memerhatikan Prinsip-prinsip dari Kode Etik Profesional dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang akan disediakan.

3. prinsip-prinsip etika menurut IAI
dalam kongres VIII tahun 1998 yang telah ditentukan ketetapannya :
1.      Tanggung Jawab Profesi
Dalam prinsip  tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota berkewajibanmenggunakan pertimbangan moral dan profesional setiap melakukan kegiatannya. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peranan tersebut, anggota memiliki tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka.
2.      Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, mengormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan.
3.      Integritas
Integritas adalah suatu satu kesatuan yang mendasari munculnya pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang mendasari kepercayaan publik dan merupakan standar bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang diambilnya.
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus menjaga tingkat integritasnya dengan terus memaksimalkan kinerjanya serta mematuhi apa yang telah menjadi tanggung jawabnya.
4.      Objektivitas
Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota berdasarkan apa yang telah pemberi nilai dapatkan. Prinsip objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur, secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain.
5.      Kompetensi dan Kehati- hatian Profesional
Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota tidak diperkenankan menggambarkan pengalaman kehandalan kompetensi atau pengalaman yang belum anggota kuasai atau belum anggota alami. Kompetensi profesional dapat dibagi menjadi 2 fase yang terpisah:
a.         Pencapaian Kompetensi Profesional.
       Pencapaian ini pada awalnya memerlukan standar pendidikan umum yang tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus, pelatihan dan ujian profesional dalam subjek- subjek yang relevan. Hal ini menjadi pola pengembangan yang normal untuk anggota.
b.         Pemeliharaan Kompetensi Profesional.
       Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen, pemeliharaan kompetensi profesional memerlukan kesadaran untuk terus mengikuti perkembangan profesi akuntansi, serta anggotanya harus menerapkan suatu program yang dirancang untuk memastikan terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa profesional yang konsisten.
6.      Kerahasiaan
Dalam kegiatan umum auditor merupakan memeriksa beberapa yang seharusnya tidak boleh orang banyak tahu, namun demi keprofesionalitasannya, para auditor wajib menjaga kerahasiaan para klien yang diauditnya. Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selam melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan. Anggota mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa staff di bawah pengawasannya dan orang- orang yang diminta nasihat dan bantuannya menghormati prinsip kerahasiaan.
7.      Perilaku Profesional
Kewajiban untuk menghindari perbuatan atau tingkah laku yang dapat mendiskreditkan atau mengurangi tingkat profesi harus dipenuhi oleh anggota sebgai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staff, pemberi kerja dan masyarakat umum.
8.      Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan profesionalitasnya sesuai dengan standar teknis dan standar professional yang ditetapkan secara relevan. Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh IAI, International Federation of Accountants, badan pengatur, dan peraturan perundang- undangan yang relevan.

3.    Aturan dan Interpretasi Etika menurut IAI
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung-jawab profesionalnya.

a.       Aturan
Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat empat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi:
Ø  Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi.
Ø  Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh pemakai jasa Akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi.
Ø  Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan diberikan dengan standar kinerja tertinggi.
Ø  Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.
b.      Interpretasi
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian:
1.      Prinsip Etika,
2.      Aturan Etika, dan
3.      Interpretasi Aturan Etika.
Prinsip Etika memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika, yang mengatur pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan oleh Kongres dan berlaku bagi seluruh anggota, sedangkan Aturan Etika disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan dan hanya mengikat anggota Himpunan yang bersangkutan.
Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya. Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai sebagai Interpretasi dan atau Aturan Etika sampai dikeluarkannya aturan dan interpretasi baru untuk menggantikannya.



DAFTAR PUSAKA